Jumat, 21 November 2025

Maslamah bin Abdul Malik

Maslamah bin Abdul Malik berada di depan pasukan Muslim yang sedang mengepung sebuah benteng besar milik Romawi. Namun, benteng itu sulit ditaklukkan karena tingginya tembok dan tertutupnya semua akses menuju ke dalamnya, sehingga keberuntungan lebih memihak pasukan Romawi. Mereka melempari pasukan Muslim dari atas benteng, sehingga kelelahan para prajurit Muslim semakin bertambah.

Pada malam hari, salah satu prajurit Muslim mendapatkan sebuah ide yang tampak mustahil. Ia menyelinap sendirian hingga sampai ke gerbang benteng, lalu terus melubangi dan melubangi hingga berhasil membuat sebuah celah. Setelah itu ia kembali tanpa memberi tahu siapa pun.

Keesokan harinya, kaum Muslimin bersiap untuk bertempur seperti biasa. Sang pahlawan itu masuk melalui celah tersebut dan membuka pintu gerbang dari dalam. Pasukan Muslim pun menyerbu masuk dan memanjat tembok-tembok benteng. Tidak lama kemudian, pasukan Romawi mendengar suara takbir kaum Muslimin di atas tembok dan di dalam halaman benteng, dan kemenangan pun tercapai.

Setelah pertempuran, panglima Maslamah bin Abdul Malik mengumpulkan pasukan dan berseru dengan suara lantang, “Siapa yang membuat celah pada pintu benteng itu, hendaklah ia maju untuk kami beri penghargaan.”

Namun tidak ada seorang pun yang maju.

Ia mengulangi lagi, “Siapa yang membuat celah itu, hendaklah ia keluar.”
Tetap tidak ada seorang pun yang maju.

Keesokan harinya ia berdiri lagi dan mengulang seruannya seperti kemarin.
Tetap tidak ada seorang pun yang maju.

Pada hari ketiga, ia berdiri dan berkata, “Aku bersumpah kepada orang yang membuat celah itu, datanglah kepadaku kapan pun ia mau, siang atau malam.”

Ketika malam tiba dan sang panglima duduk di dalam tendanya, masuklah seorang lelaki yang menutupi wajahnya.

Maslamah berkata, “Apakah engkau pembuat celah itu?”

Lelaki itu menjawab, “Pembuat celah itu ingin menunaikan sumpah amirnya, tetapi ia memiliki tiga syarat sebelum memenuhi permintaan tersebut.”

Maslamah bertanya, “Apa saja?”

Lelaki itu berkata, “Engkau tidak boleh menanyakan namanya, tidak boleh meminta ia membuka wajahnya, dan tidak boleh memberikan hadiah kepadanya.”

Maslamah menjawab, “Baginya apa yang ia minta.”

Lalu lelaki itu berkata, “Akulah pembuat celah itu.” Setelah itu ia segera berbalik dan menghilang di antara tenda-tenda pasukan.

Maslamah pun berdiri dengan air mata memenuhi matanya dan berkata: “Di antara orang-orang mukmin itu ada yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Di antara mereka ada yang telah gugur dan ada pula yang menunggu, dan mereka tidak mengubah janjinya.” (Al-Ahzab: 23)

Jika amalmu tidak murni untuk Allah…
maka setiap bangunan yang engkau dirikan hanyalah kehancuran belaka.

Setelah itu Maslamah selalu berdoa dalam sujudnya: “Ya Allah, kumpulkan aku bersama pembuat celah itu… Ya Allah, kumpulkan aku bersama pembuat celah itu.”

Buatlah antara dirimu dan Allah sebuah amal rahasia yang dapat bermanfaat bagimu pada hari ketika harta dan anak-anak tidak lagi berguna.

📗 ‘Uyun al-Akhbar karya Ibn Qutaybah (741)

Aqidah Imam Ahmad #14

Aqidah Imam Ahmad #14

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 

*Kajian Kitab: Pokok-pokok Aqidah (Ushulus Sunnah) Imam Ahmad* 
*Pemateri:* Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawiy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 
*Pertemuan#14:* 28 Jumadil Awwal 1447 / 19 November 2025
*Tempat:* Masjid Al-Aziz - Jl. Soekarno Hatta no. 662 Bandung.
📖  | https://youtube.com/watch?v=MG2Efhr5JyA

*POKOK-POKOK SUNNAH MENURUT IMAM AHMAD BIN HANBAL RAHIMAHULLAH*

*Ushulus Sunnah - Imam Ahmad #14 | Bab-12: Iman Mencakup Ucapan dan Perbuatan*

Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk istiqomah dalam menuntut ilmu. 

Allah ﷻ mengingatkan kita dalam Surat Al-Hijr Ayat 99:

> وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

> Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

Karena ilmu kita masih sedikit, semakin kita belajar, maka akan semakin merasa bodoh, jangan pernah berpuas diri. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

منهومان لا يشبعان منهوم في علم. لا يشبع، منهوم في دنيا لا يشبع 

Ada dua golongan manusia yang memiliki ambisi dan tidak pernah puas :

1). Orang yang memiliki semangat dalam menutut ilmu dia tidak merasa cukup dan puas
2). Orang yang ambisius kepada dunia dia tidak pernah merasa puas.”

(HR. Al Hakim dalam mustadrok dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Muqbil Al wadi’iy rahimahullah sebagaimana dalam As Shahih Al Musnad (nomor hadits ke-51). 

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

> ‏العِلْمُ وَالعَمَلُ تَوْأَمَانِ أمُّهُمَا عُلُوُّ الهِمَّةِ، وَالجَهْلُ وَالبِطَالَةُ تَوْأَمَانِ أمُّهُمَا إِيْثَارُ الكَسْل

> Ilmu dan amal adalah dua anak kembar, ibunya adalah semangat yang tinggi. Kebodohan dan pengangguran adalah dua anak kembar pula, ibunya adalah menuruti kemalasan. (Bada’iul Fawaid: 3/747)

*📖 Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal berkata:*

> وَالإِيمَانُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ، يَزِيدُ وَيَنْقُصُ، كَمَا جَاءَ فِي الخَبَرِ: «أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا».

> Iman adalah ucapan dan perbuatan yang bisa bertambah dan berkurang, seperti dalam hadits: “Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya.”  

📃 *Penjelasan:* 

Imam Ahmad rahimahullah membahas permasalahan yang urgent yaitu iman, dengan alasan:

1. Iman adalah sumber kebahagian. Dan semua kebaikan, berasal dari iman. Allah ﷻ berfirman :

> وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ. إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ 
 
> 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman (Beramal Shaleh) tidak akan merugi di dunia dan akherat. 

2. Kita butuh merawat iman kita, karena sifatnya yang naik dan turun. 

Tumbuhan saja perlu air dan dirawat, handphone saja perlu dicharge secara teratur, maka iman pun demikian, perlu dirawat dan dikontrol. 

3. Adanya kelompok-kelompok yang menyimpang dalam masalah iman, seperti Mu'tazilah, Khawarij dan Murjiah. 

- Khawarij dan Mu’tazilah. Mereka berkeyakinan bahwa iman itu satu paket, Jika hilang sebagian, maka hilang semuanya, maka pelaku dosa besar menurut mereka bukanlah seorang mukmin dan kekal di neraka. 
- Murjiah: Memiliki keyakinan bahwasanya iman cukup dengan pembenaran hati saja. Maka, amal bukanlah bagian dari iman.

Maka kita butuh lentera atau cahaya, agar tidak tersesat dalam kegelapan.

*1. Urgensi Iman*

*1. Iman adalah sumber kebahagian*

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 97:

> مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

> Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Orang-orang yang beriman akan bahagia karena jika mereka ditimpa ujian berupa musibah, maka mereka akan bersabar dan jika diberi nikmat, mereka akan bersyukur. 

Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

"Orang yang bahagia adalah ahli tauhid". (Majmu Fatawa 9/29) 

Karena tauhid adalah dasar kebahagiaan dunia dan akhirat.

*2. Iman Mengantarkan ke Dalam Surga*

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 82:

> وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

> Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.

Maka kunci keamanan sebuah negeri atau bahkan keluarga, adalah iman. 

Dalam ayat ini, amal shaleh termasuk iman dan disebutkan secara khusus setelah iman, menunjukkan pentingnya beramal. 

Allah Ta’ala juga berfirman:

> إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

> “Sesungguhnya orang yang berbuat syirik terhadap Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS. Al Maidah: 72).

*3. Faktor Utama Keamanan*

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am Ayat 82:

> ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

> Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

 *4. Keimanan adalah Kunci Pertolongan-Nya*

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 47:

> وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ

> Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.

Maka kunci solusi segala masalah baik rumah tangga, diri sendiri, bermasyarakat bahkan musuh, adalah iman.

Dalam ayat lainnya surat Muhammad ayat 7:

> يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ ۝٧

> Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

*5. Orang-orang yang beriman adalah Wali Allah ﷻ*

Firman-Nya dalam Surat Yunus Ayat 62-63:

أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ 

> Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.

Dan sifat-sifat wali-wali Allah itu bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasulNya, dan risalah yang dibawanya dari sisi Allah, dan mereka selalu bertakwa kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNYa.
Bukan orang yang bisa terbang, makan kaca, padahal dia ahli khurofat, syirik dan bid'ah, mereka bukan wali Allah tapi wali Syetan. 

*2. Definisi Iman*

*1. Iman Menurut Ahlussunnah wal Jama'ah*

Imam secara bahasa adalah Al-ikrar Al-Qalbi (penetapan hati): 
1. Keyakinan hati dengan membenarkan berita-berita dari Allah ﷻ. Seperti membenarkan Isi Al-Qur’an dan As-Sunnah. 
2. Amalan-amalan hati dengan tunduk terhadap perintah dan laranganNya. 

Iman secara Istilah: Iman adalah Ucapan dan perbuatan.

Imam Ahmad berkata,

الإيمان قول وعمل يزيد وينقص

“Iman adalah perkataan dan amalan, bisa bertambah dan berkurang.”

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, "telah sepakat ijma' Para sahabat dan para ulama, dan ulama yang kami berjumpa dengan mereka mereka mengatakan, iman adalah ucapan, perbuatan dan niat, Tidaklah cukup salah satu saja tanpa mencakup ketiga unsur yang lainnya”. (Syarah Ushul Itiqad Ahli Sunnah, Al Lalikai 5/886) 

Imam Al Bukhari Rahimahullah mengatakan,

لقيت أكثر من ألف رجل من أهل العلم أهل الحجاز ومكة والمدينة والكوفة والبصرة ……… أن الدين قول وعمل

“Aku bertemu lebih dari seribu ahli ilmu/ulama dari Hijaj, Mekah, Madinah, Kufah, Bashroh ……. (dan lain-lain yang banyak sekali) (bahwa mereka semua mengatakan) “Sesunggunya agama/iman adalah perkataan dan amal/perbuatan” (Lihat Syarh Ushul I’tiqod Ahlu Sunnah wal Jama’ah oleh Al Lalikai Hal. 317/I)

Ucapan dan perbuatan, jika dirinci akan mencakup lima hal:

- *Ucapan mencakup dua hal:*

*1. Ucapan Hati:* yaitu membenarkan tanpa keraguan. 
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 15:

> إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ

> Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

*2. Ucapan Lisan:* yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahqaf Ayat 13:

> إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

> Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.

- *Amalan mencakup tiga hal:*

*1. Amalan Hati:* seperti ikhlas, tawakal, roja', khauf dan lainnya.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 2:

> إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

> Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

*2. Amalan lisan:* seperti baca Al-Qur'an, berdo'a dan berdzikir. 

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 41-42:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا 

> Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.

*3. Amalan Anggota Badan:* seperti shalat, umrah, haji dan puasa. 

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj Ayat 77:

> يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱرْكَعُوا۟ وَٱسْجُدُوا۟ وَٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمْ وَٱفْعَلُوا۟ ٱلْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ۩

> Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.

Maka, iman adalah ucapan dan perbuatan:
1. Ucapan dengan hati dan lisan. 
2. Amalan dengan hati, lisan dan anggota badan. 

*2. Iman Menurut Kelompok-kelompok yang Menyimpang*

*1. Kelompok Khawarij dan Mu'tazilah*

Mereka berkeyakinan bahwa tidaklah dikatakan beriman kecuali orang yang membenarkan dengan hatinya, mengucapkan dengan lisannya, dan mengamalkan dengan anggota badannya. Namun bagi mereka, semuanya satu paket, jika hilang salah satunya, maka hilang semuanya secara total. 

Sehingga pelaku dosa besar menurut Khawarij bukanlah seorang mukmin (kafir), maka kekal di neraka. 

Sementara Mu’tazilah berpendapat bahwa hukum pelaku dosa besar telah keluar dari makna iman namun belum masuk dalam kekafiran. Dalam istilah mereka disebut manzilah baina manzilatain, yakni keadaan di antara dua keadaan (iman dan kufur). 

Namun keduanya sepakat bahwa barangsiapa yang melakukan dosa besar dan belum bertaubat sampai meninggal dunia maka orang tersebut kekal di neraka.

*2. Murjiah*

Kelompok ini bertingkat-tingkat :
1. Iman cukup dengan hati, ini kelompok yang paling sesat. Konsekuensinya, Fir'aun, Iblis, dan Abu Thalib beriman.
2. Iman hanya lisan saja (kelompok Karromiyyah), konsekuensinya Orang-orang Munafik berarti beriman.
3.  Paham yang menyatakan bahwa iman adalah ucapan lisan dan keyakinan hati. Ini pendapat Murji’ah yang paling ringan sesatnya, yang disebut dengan murjiatul fuqaha.

*3. Iman Bertambah dan Berkurang*

Hal ini merupakan ijma' Para ulama dan semua dalil yang menunjukkan pertambahan bermakna juga pengurangan, karena jika bisa bertambah berarti bisa berkurang. 

*1. Dalil-dalil dari Al-Qur'an*

Ada banyak ayat dalam Al-Qur’an, diantaranya:

فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا

“Karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka.” (QS. Ali Imran: 173)

وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al-Anfal ayat 2)

*2. Dalil-dalil dari As-Sunnah*

Dalam hadits dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

> الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

> “Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).

> عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَشْرَبُ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَالتَّوْبَةُ مَعْرُوضَةٌ بَعْدُ»

> Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah beriman seorang pezina ketika ia sedang berzina. Tidaklah beriman seorang pencuri ketika ia sedang mencuri. Tidaklah beriman seorang peminum khamar ketika ia sedang meminum khamar. Namun taubat terbuka setelah itu”. [HR. Bukhari, no. 6810; Muslim, no. (57)-104]

Maknanya, seorang pezina atau pencuri melakukan kemaksiatan tersebut karena iman sedang turun, karena pelaku dosa besar tidaklah kafir. 

Imam Ahmad rahimahullah menyebut hadits, 

> أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا».

> “Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya.”   

Akmalu adalah bentuk isim tafdhil dari kata sifat أَكْمَلُ (akmalu) yang berarti "lebih sempurna" atau "paling sempurna". Ini menunjukkan bahwa iman memiliki tingkatan. 

*3. Ijma' Ulama*

Seperti perkataan Imam Syafi'i dan Imam Bukhari Rahimahumallah pada penjelasan di atas, kemudian ulama lain, seperti:

Imam Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Abdis Salam (157-224 H) Rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Al-Iman, lebih dari 130 ulama yang mengatakan bahwa iman itu bertambah dan berkurang. (Al Ibanah, Ibnu Bathin 2/814) 

Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah mengatakan, telah sepakat 70 tabi'in dan para kaum muslimin bahwa iman itu bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. (Thobaqat Hanabilah, Ibnu Abi Ya'la 1/130) 

Sahl bin Mutawakil Asy-Syaibani mengatakan, saya bertemu 1000 Ustadz, bahkan lebih, semuanya mengatakan iman itu ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang. (Syarah Ushul Itiqad, 5/963) 

Demikian juga kita akan merasakan bertambah dan berkurangnya iman. Keimanan seseorang tidaklah statis, melainkan dinamis, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal seperti niat dan amal, serta faktor eksternal seperti lingkungan pergaulan dan apa yang dibaca atau didengarkan. Inilah yang akan dibahas dalam point selanjutnya. 

*4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bertambah dan Berkurangnya Iman*

*1. Menuntut Ilmu Syar'i dan Mengamalkannya*

Inilah charging terbaik, yaitu dengan mengetahui ilmu dan mengamalkannya.

*2. Membaca Al-Qur’an*

Seperti diterangkan sebelumnya yaitu dalam surat Al-Anfal ayat 2: Jika dibacakan ayat-ayat-Nya, maka akan bertambah imannya.

Bahkan gunung yang keras mampu dihancurkan oleh Al-Qur'an, namun hati seseorang terkadang lebih keras daripada gunung. Dalam Surat Al-Hasyr ayat 21: _"Seandainya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir."_

*3. Mempelajari Sirah Nabi ﷺ*
Banyak aspek yang akan didapat dari belajar Shirah Nabi, antara lain:
- *Menambah cinta dan kecintaan kepada Nabi:* Dengan memahami kisah hidup beliau, dari suka duka hingga tantangan dakwah, seseorang akan merasa lebih dekat dan semakin mencintai Nabi ﷺ.
- *Memahami ajaran Islam secara mendalam:* Sirah Nabawiyah menunjukkan bagaimana ajaran Islam, yang tertulis dalam Al-Qur'an, dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari oleh Rasulullah. 
- *Menjadi teladan:* Sirah Nabi menyediakan teladan nyata untuk berbagai aspek kehidupan, mulai dari akhlak, ibadah, hingga interaksi sosial. Dengan meneladani beliau, seseorang dapat memperbaiki diri dan menjadi muslim yang lebih baik.
- *Memahami sumber syariat:* Sirah Nabi adalah sumber kedua dari ajaran Islam setelah Al-Qur'an. Mempelajarinya membantu memahami sunnah (segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi) dan mempraktikkan ibadah dengan cara yang benar.

*4. Membaca Kisah-kisah Ulama*

Kisah-kisah mereka akan menjadi cermin bagi kita, kita tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka.

Contoh kehebatan dan kesabaran ulama meliputi kesabaran dalam menuntut ilmu dalam menempuh perjalanan jauh serta kesungguhan belajar, dan kesabaran dalam menghadapi ujian hidup.

Seperti perjuangan Sumayyah dari keluarga Ammar dan Yasir yang disiksa dengan kejam karena mempertahankan tauhid. Demikian juga Zunairah, seorang budak muslimah yang penuh kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan hingga buta, kita belum seperti Imam Ahmad rahimahullah yang dicambuk dan dipenjara, kita belum seperti imam Malik yang dilepas kukunya dan banyak kisah ulama yang menyayat hati.

*5. Memperbanyak Amal Shalih*

Baik berupa amalan hati, seperti tawakal, ikhlas, amalan lisan seperti membaca Al-Qur’an dan berdzikir serta dengan amalan badan seperti puasa dan shalat.

*6. Ingat Akhirat*

Oleh karenanya, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda mengingatkan kita semua:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur kelezatan.”

Kita harus menanamkan pada diri kita semua bahwa kita di dunia ini hanyalah mampir sebentar, kita semua akan kembali kepada Allah. Namun, bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadap Allah?

*5. Faktor-faktor yang Dapat Menurunkan Iman*

*1. Kemaksiatan*

Yaitu berupa meninggalkan perintah seperti meninggalkan shalat, tidak berpuasa Ramadhan atau menerjang larangan, seperti berzina, mencuri, minum dan lainnya.

*2. Kejahilan*

Sebagaimana ilmu bisa menaikkan iman, maka kebodohan juga menurunkan iman. Betapa banyak orang yang makan riba, tanpa tahu itu dosa besar dikarenakan kejahilan.

*3. Teman-teman yang Buruk*

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

> المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

> “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

*4. Cinta Dunia*

Semakin orang cinta dunia, akan semakin malas beribadah hingga berkurang keimanannya dan lalai dari akhirat.

Maka banyak perumpamaan yang disebut Nabi ﷺ tentang hinanya dunia agar kita tidak tertipu, seperti seekor sayap nyamuk, seperti bangkai kambing, seperti makanan yang masuk perut menjadi kotoran, dan seperti setetes air di jari dibandingkan lautan yang luas. 

*5. Lalai*

al-ghaflah (الغفلة) yang berarti lalai. Apabila seorang hamba lalai tentang tujuan untuk apa dia diciptakan, maka imannya pun akan melemah. 

Banyak ayat yang dengannya Allah Ta’ala mencela sifat lalai dalam kitab-Nya, dan memperingatkan dengan keras kepada orang-orang yang lalai. 

*Shalat adalah Bagian dari Iman*

Imam Ahmad rahimahullah berkata, siapa yang meninggalkan shalat maka dia kafir. Tidak ada amalan yang jika ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat. Siapa yang meninggalkannya maka dia kafir dan Allah ﷻ membolehkannya untuk dibunuh. 

Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agamanya. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. 

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 143:

> وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمْ ۚ

> dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu

Maksudnya adalah shalat.

Beliau mengatakan, jika meninggalkan shalat adalah kafir. Dan ini dikuatkan oleh banyak ulama seperti Syaikh Utsaimin Rahimahullah dalam risalah beliau berjudul ‘Hukmu Tarikish Sholah, Dalilnya dari hadits Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

> إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ

> Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.

(HR. Muslim, no. 82)

*Catatan:*
1. Yang menjadi pembahasan para ulama adalah meninggalkan karena malas. Sebagian ulama tidak mengkafirkannya. Seperti meninggalkan kewajiban puasa, haji dan lainnya. Pendapat ini dikuatkan Syaikh Al-Albani Rahimahullah. 
2. Adapun jika mengingkarinya karena keyakinan bahwa shalat tidak wajib maka otomatis kafir. Tanpa perselisihan ulama. 
 3. Yang dimaksud meninggalkan shalat adalah keseluruhan atau sebagian besar (seperti hanya shalat Ied saja). 
4. Ini Hukum secara umum, tetapi hukum individual ditentukan hakim, karena berkonsekuensi yang banyak seperti cerai dengan istri, tidak mewarisi, tidak dikubur di kuburan muslim dll. 

Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk istiqomah dalam mengamalkan ilmu yang bermanfaat. Aamiin. 

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈• 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

_“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”._

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

Macam-Macam Zuhud dan Intinya.Apa Perbedaan Zuhud dan Wara'?

Macam-Macam Zuhud dan Intinya.
Apa Perbedaan Zuhud dan Wara'?
Hati Jenis Apa yang Tidak Zuhud dan Wara'?

Ibnul Qayyim menjelaskan aneka ragam zuhud dan inti dari zuhud, beliau berkata:

الزّهْد أَقسَام: زهد فِي الْحَرَام، وَهُوَ فرض عين، وزهد فِي الشُّبُهَات، وَهُوَ
بِحَسب مَرَاتِب الشُّبْهَة؛ فَإِن قويت التحقت بِالْوَاجِبِ، وَإِن ضعفت كَانَ مُسْتَحبا، وزهد فِي الفضول، وزهد فِيمَا لَا يَعْنِي من الْكَلَام وَالنَّظَر وَالسُّؤَال واللقاء وَغَيره، وزهد فِي النَّاس، وزهد فِي النَّفس بِحَيْثُ تهون عَلَيْهِ نَفسه فِي الله. وزهد جَامع لذَلِك كُله، وَهُوَ الزّهْد فِيمَا سوى الله وَفِي كل مَا شغلك عَنهُ. وَأفضل الزّهْد إخفاء الزّهْد، وأصعبه الزّهْد فِي الحظوظ.

"Zuhud itu ada beberapa macam: zuhud terhadap yang haram, ini merupakan kewajiban individu; zuhud terhadap syubuhat (hal-hal yang samar), ini tergantung derajat syubhat itu; jika syubhat itu kuat, maka zuhud menjadi wajib, dan jika syubhat itu lemah, maka zuhud dianjurkan; zuhud terhadap hal-hal yang lebih tidak dibutuhkan; zuhud terhadap apa yang tidak bermanfaat baik berupa ucapan, penglihatan, pertanyaan, pertemuan, dan sebagainya; zuhud terhadap manusia; zuhud terhadap diri sendiri, dimana diri sendiri menjadi tidak berarti di hadapan Tuhan; dan zuhud komprehensif yang mencakup semua ini, yaitu zuhud terhadap segala sesuatu selain Allah dan segala sesuatu yang memalingkan kamu dari-Nya. Zuhud yang terbaik adalah menyembunyikan zuhud itu sendiri, dan zuhud yang paling sulit adalah zuhud terhadap kesenangan duniawi".

Lalu beliau menjelaskan perbedaan zuhud dan wara':

وَالْفرق بَينه وَبَين الْوَرع أَن الزّهْد ترك مَالا ينفع فِي الْآخِرَة والورع ترك مَا يخْشَى ضَرَره فِي الْآخِرَة 

"Perbedaan antara zuhud dan wara' adalah: bahwa zuhud itu adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat, dan wara' itu adalah meninggalkan apa yang dikhawatirkan membahayakan di akhirat".[*]

Kemudian beliau memaparkan hati jenis apa yang tidak bisa zuhud dan wara':

وَالْقلب الْمُعَلق بالشهوات لَا يَصح لَهُ زهد وَلَا ورع.

"Hati yang terbelenggu pada syahwat, tidak akan bisa zuhud dan wara'".

📗Al-Fawaid (hal.170-171).

[*] Berdasarkan ini, maka zuhud lebih tinggi dari wara'.
📆25 Jumadal Ula 1447
✍️https://t.me/irsyadhasan_bin_isaansori4

Thariqah

Thariqah 

Telah berkata Syaikh Thariqah, Imam thaifah, Al Junayd bin Muhammad (Al Baghdadi) semoga Allah mensucikan ruhnya,

"Jalan itu semuanya tertutup, kecuali jalan orang yang menapaki atsar (warisan) An Nabi sholallohu'alaihiwasalam, karena Allah azza wa jalla berfirman, (demi Kemuliaan dan Keagungan Ku, seandainya kalian mendatangi Ku dari setiap jalan, dan meminta dibukakan pintu dari setiap jalan, tidaklah akan dibukakan pintu itu bagi mereka sampai mereka masuk di belakang mu - Nabi Muhammad sholallohu'alaihiwasalam)".

Thariqul Hijratain, Ibnul Qoyyim Al
 Jauziyah.
Ustadz prasetyo j hertanto

Hukum Solat Bolong-Bolong

Hukum Solat Bolong-Bolong

Menurut mazhab Malik, Syafi‘i, Abu Hanifah, dan mayoritas ulama salaf, orang yang meninggalkan salat karena malas tidak otomatis kafir. 

Karena itu, mereka menafsirkan hadis “Pembeda antara kita dan mereka adalah salat; siapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir” sebagai kufur asghor, bukan kufur akbar.

Penafsiran ini punya dasar ilmiah yang kuat bagi siapa pun yang memperhatikan dalil-dalilnya, apalagi jika dilihat bersama dengan bukti-bukti lain yang menguatkan makna tersebut—bukan hanya satu dalil saja.

Di antara dalil pendukungnya adalah hadis Nabi ﷺ:
Ada lima salat yang Allah wajibkan atas hamba-hamba-Nya. Siapa yang melaksanakannya dengan baik tanpa meremehkannya sedikit pun, maka Allah memberikan janji akan memasukkannya ke surga. Tapi siapa yang datang dengan kondisi salatnya ada kekurangan karena ia meremehkannya, maka ia tidak memiliki janji apa pun di sisi Allah. Kalau Allah mau, Dia menyiksanya; dan kalau Allah mau, Dia mengampuninya. (Hadis sahih)

Poinnya:
Para ulama memahami bahwa dalam hadis ini, seseorang meninggalkan sebagian salat disebutkan diberi dua kemungkinan: disiksa atau diampuni.

Kalau orang itu dihukumi kafir, tentu tidak mungkin ada pilihan “diampuni”—karena kafir tidak mungkin dapat ampunan tanpa bertobat dari kekafirannya.

Karena itu, hadis ini menjadi penguat bahwa maksud hadis “maka ia telah kafir” adalah kafir kecil, bukan kafir besar yang mengeluarkan dari Islam.
ustadz reza

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan bahwa tafwidh lebih buruk daripada takwil

📚Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan bahwa tafwidh lebih buruk daripada takwil. Hal ini jika dilihat dari konsekuensi tafwidh itu sendiri. Karena muara dari perkataan ini adalah menuduh bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bodoh karena tidak mengetahui apa makna ayat-ayat sifat Allah yang beliau sampaikan. Padahal tugas beliau sebagai rasul adalah menyampaikan kepada umat apa-apa yang Allah wahyukan. Begitu juga konsekuensi dari perkataan ini menuduh bahwa sahabat dan salafus shalih bodoh tidak mengetahui makna dari ayat-ayat sifat dalam Qur'an. 

📚Adapun murid beliau, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau menyebutkan bahwa takwil lebih buruk daripada tafwidh. Hal ini jika dilihat dari hakikat takwil itu sendiri yang zhahirnya berkata-kata tentang Allah tanpa dasar ilmu. Karena di sini muawwil mendatangkan makna baru dari nash, sedangkan mufawwidh tidak mendatangkan makna baru. 

📝Jadi tidak ada pententangan antara perkataan Ibnu Taimiyah dan perkataan Ibnul Qayyim di sini. Karena masing-masing perkataan dilihat dari konteks yang berbeda. 

📖Kedua maqalat ini (takwil dan tafwidh) saling sepakat bahwa zhahir nash tidak dimaksudkan. Kemudian memalingkan makna nash dari zhahirnya. Dan kedua maqalat ini merupakan metode yang dipakai untuk menta'thil sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

|| Faedah dari guru kami Syaikh Dr. Shalih bin Yusuf ad-Duwaisy hafizhahullah di matkul tauhid asma' wa shifat.

ruqyah

Tanpa menjatuhkan dan dengan tetap menghormati pendapat yang dipilih pemilik akun ini hafidzahullah (kami pribadi tidak saling mengenal), kami hendak memberikan catatan terhadap tulisan beliau. Walaupun mungkin judul di SS terkait ruqyah masal, tulisan tsb juga mengulas ttg hukum ruqyah jarak jauh dengan suara terdengar di mana beliau hafidzahullah memilih pendapat tidak boleh disertai fatwa para sejumlah ulama yang diakui keilmuannya. Tulisan tersebut diposting guna mengkritisi poster acara ruqyah yang beliau lampirkan.

𝗥𝘂𝗾𝘆𝗮𝗵 𝗢𝗻𝗹𝗶𝗻𝗲 𝗩𝗶𝗮 𝗪𝗔 -atau sejenisnya-

Semester lalu, usai mata kuliah akidah, saya bertanya kepada syaikh Dr. Yasir ar-Raddadiy, dosen pengampu untuk mata kuliah tsb. Beliau pakar di bidang itu:

"Duktur, apa hukum ruqyah online. Misalnya saya di Madinah ini meruqyah orang sakit di Indonesia dengan wasilah video call."

"Adakah hal yang menjadikannya tidak boleh?" Tanya beliau balik.

"Ada pandangan yang menyatakan bahwa harus face to face secara langsung karena mesti ada hembusan nafas/tiupan tertuju pada pihak yang diruqyah"

"Ini terkait ruqyah, kan? kaidahnya adalah لا باس بالرقى ما لم تكن شركا Tak jadi soal tentang ruqyah selama tidak mengandung kesyirikan. Jadi terkait larangan sebagian ulama meruqyah via telpon itu tidak berdalil." Kata beliau.

Inilah salah satu pembahasan dalam dunia ruqyah, yaitu dengan gambaran seorang meruqyah dengan video/audio call WA/aplikasi lain -atau mungkin telpon biasa tanpa internet- di waktu yang sama namun berlainan tempat. Dengan demikian, pihak yang diruqyah mendengar secara langsung suara peruqyah. Dengan kata lain bukan mendengar rekaman suara.

𝗣𝗮𝗿𝗮 𝘂𝗹𝗮𝗺𝗮 𝘁𝗲𝗿𝗯𝗮𝗴𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗱𝘂𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁. 𝗣𝗼𝗶𝗻-𝗽𝗼𝗶𝗻𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝘂𝘁:

1. Pihak pertama yang melarang hal tsb, sehingga ruqyah mesti berlangsung secara langsung dalam arti bhw peruqyah dan yang diruqyah mesti berada di waktu dan tempat yang sama, berhujjah bahwa demikian itu menyelisihi keterangan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. 

Terkait ini, jawaban pihak kedua adalah ruqyah masuk dalam bab thibb/kedokteran/terapi sehingga selama tidak mengandung hal terlarang, tentu diperbolehkan. Tentunya ruqyah via video/audio call WA tidak ada zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam karena ini terkait perkembangan tekhnologi. Andai ada WA di zaman itu, lantas Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak menggunakan WA untuk meruqyah, dan juga para sahabat, masih ada celah untuk disebut bid'ah, karena Nabi tidak melakukannya padahal ada kebutuhan untuk menggunakannya.

2. Pihak pertama mengklaim bahwa pada proses ruqyah mesti ada tiupan nafas atau semburan air ruqyah atau usapan pada pihak yang diruqyah. Dengan demikian, ruqyah online live tidak mengandung itu semua. 

Terkait ini jawaban dari pihak kedua yang membolehkan, apa yang disebutkan tersebut adalah kesempurnaan ruqyah, bukan syarat/rukun yang harus ada yang ketiadaannya menjadikan ruqyah tidak sah atau tidak boleh sama sekali. Artinya, menurut pihak kedua, tiupan dari peruqyah atau usapan pada badan pihak yang diruqyah adalah poin ideal yang jika tidak ada bukan bermakna ruqyah tidak berpengaruh. Sisi lain, pada ruqyah secara langsung face to face pun tidak mesti adanya tiupan.

3. Pada ruqyah online WA atau semacamnya secara langsung butuh niat meruqyah. 

Jawaban dari pihak kedua yang membolehkan, ruqyah online WA secara langsung tidak bertentangan dengan niat, sekaligus bukan penghalang niat. Peruqyah tinggal meniatkan bhw prosesi itu adalah ruqyah dengan niat keberkahan, begitu pula niat pihak yang diruqyah. WA bukan penghalang niat. 

4. Sisi lain, pihak kedua menyebutkan bahwa dari tajribah/pengalaman, tidak sedikit kesembuhan diraih dengan proses ruqyah WA online ini. Maslahat lainnya adalah, begitu banyak daerah/kampung yang tidak mengenal dakwah tauhid, tidak ada yang bisa meruqyah. Dengan wasilah ruqyah WA online, dengan tetap memperhatikan halal haram, ada maslahat yang bisa diraih atau setidaknya meminimalisir mudharat pada korban gangguan jin. Tentu ini terapan kaidah ما لا يؤخذ كله لا يترك كله "kebaikan yang tidak bisa digapai dengan sempurna, jangan ditinggalkan sama sekali." 

Syaikh Dr. Said Khatslan, salah satu ulama yang terkemuka dan disegani di Saudi sekaligus memilik jadwal kajian tetap di masjid Al-Haram mengatakan:

‏كذلك أيضا قراءة القرآن من قبل الراقي من غير نفث هي من أنواع الرقية وان كان ليس كالاولى حتى من عبر الهاتف يعتبر نوع من الرقية ومجربة ايضاً لان هذا القران بركته ولا حد لها حتى الرقية عبر الهاتف ليس هناك ما يمنع من صحة ذلك وهذه أيضا مجربة كما وجد الرقاة لها اثرا لذلك كما ذكرت لك وهذا من بركة القرآن العظيم

“Demikian juga, membaca Al-Qur’an oleh peruqyah (orang yang melakukan ruqyah) tanpa tiupan termasuk salah satu jenis ruqyah, meskipun tidak sebagus yang pertama dengan nafs. Bahkan melalui telepon pun tetap dianggap sebagai salah satu bentuk ruqyah dan telah terbukti. Karena Al-Qur’an memiliki berkah yang tidak terbatas, bahkan ruqyah melalui telepon tidak menghalangi keabsahannya, dan ini juga telah terbukti, sebagaimana para peruqyah menemukan pengaruhnya. Seperti yang saya sebutkan kepadamu, ini adalah bagian dari berkah Al-Qur’an yang agung.”

Jika ruqyah secara langsung bagi penderita gangguan jin tidak bisa digapai karena keterbatasan SDM/peruqyah dan awam terhadap agama, maka jangan meninggalkan total. Ruqyahlah secara online walaupun tidak seideal secara langsung. 

5. Hal yang disepakati pihak pertama dan kedua adalah ruqyah secara langsung, dalam arti peruqyah dan yang diruqyah berada di waktu dan tempat yang sama itu lebih afdhal, lebih bermanfaat.

𝗰𝗮𝘁𝗮𝘁𝗮𝗻: 

1. Ruqyah jarak jauh yang disepakati ketidakbolehannya adalah peruqyah di kota A membaca ayat dengan niat meruqyah seseorang yang ada di kota B tanpa ada wasilah komunikasi. Pihak yang diruqyah sama sekali tidak mendengar pihak yang meruqyah.

2. Ruqyah langsung face to face dengan adanya nafas atau mungkin sedikit semburan peruqyah ke klien itu lebih ideal dan utama. Lebih sempurna. Dibanding via telpon. Namun demikian, hal itu tidak wajib. Dengan kata lain, tidak ada keharusan mempersyaratkan adanya nafas/semburan dari peruqyah ke klien ruqyah. Andai itu harus/wajib, betapa maslahat ruqyah tidak bisa diraih banyak kaum muslimin yang berbeda tempat dan kesulitan menemui peruqyah.

3. Walaupun meruqyah face to face adalah kondisi ideal, namun banyak kondisi kita tidak bisa melakukan hal paling ideal dan sempurna. Tidak sedikit ruqyah via telpon juga terbukti ampuh dan ini pengalaman banyak peruqyah. Karena itu, ruqyah wasilah video call dengan tetap memperhatikan adab tetaplah wasilah kesembuhan mengingat Alquran mengandungi keberkahan. Sebagaimana pernyataan Syaikh Dr. Said Katslan yang kami kutip di atas.
____
Madinah, Jumat penuh keberkahan.
Ustadz yani fahriansyah